Tokoh Pendiri Al hikmah

K.H KHolil Bin Mahalli

Beliau dilahirkan di Desa Benda Kecamatan Sirampog Kabupaten Brebes Jawa Tengah dari perkawinan Mbah Mahalli dan Nyai Mahlli, beliau adalah salah satu dari lima bersaudara ( Abdul Ghoni, Ma’muri Akhyar, Wamah dan Kholil ). Beliau lahir pada tahun 1892 M dan wafat pada hari senin tanggal 20 Syawal 1375 H yang bertepatan dengan 30 Juni 1955 dalam usia 63 tahun. Beliau meninggalkan istri yang bernama Nyai Azizah binti Qosim dan enam orang putra putri yang bernama : Mardliah, Mi’roj (H. Fathoni), Maryam, Nashihah, Shofa (K.H. Saifudin), dan Warosi (H.Imam Warosi). Nyai Aziziah menyusul wafat pada hari Jum’at Kliwon 8 Dzulhijjah 1394 H atau 22 November 1974.

Beliau adlah sosok tokoh ulama yang kharismatik, lembut, sabar serta telaten. Beliau menyebarkan agama dengan cara menggelar pengajian kitab kuning untuk masyarakat Benda dan sekitarnya. Beliau meletakkan pondasi utama dengan menekankan praktek mu’amalah dan ibadah (Ilmu yang Amaliyah).

DA’WAH BIL HAL (Da’wah dengan Perbuatan yang dapat menjadi contoh yang baik)

Pada waktu itu beliau bukanlah salah seorang yang aktif dalam berorganisasi, akan tetapi beliau lebih aktif dalam dunia pendidikan yang mana kaitannya dengan dunia dakwah. Dakwah beliau bukanlah dengan berpidato ataupun manggung dalam acara tertentu, namun beliau lebih senang dengan menggunakan metode “LISANUL HAL” yaitu dengan tingkah laku atau menjadi suri tauladan.

Suatu Contoh :

  • Kalau beliau mengajak orang untuk melaksanakan sholat wajib, beliaupun mendatangi rumah orang tersebut kemudian berbicara, dongeng – dongeng masalah sholat dan fadhilahnya serta memberikan tatacara sholat yang benar menurut syara’ dan lain sebagainya. Apabila orang yang didatanginya tidak mempunyai sarung ataupun peralatan sholat lainnya, beliaupun memberikannya.
  • Kalau ada orang panen, beliau datangi rumahnya dan memberi contoh cara menimbang yang baik dan cara mengeluarkan zakatnya.
  • Pernah suatu ketika terdapat kotoran ayam di masjid, beliau langsung mengambil tepes dan orang yang berada disitu disuruh mengambil air kemudian diajari cara membuang najis tersebut.

Apabila memberikan pelajaran beliau terkenal sangat disiplin, baik yang datang banyak ataupun sedikit, bahkan ketika tidak ada yang datang sekalipun beliau tetap datang pada mejanya, kemudian kitabnya dibuka dan dibaca sambil muthola’ah.

Beliau sangat senang memelihara air, sebab air sebagai ‘UMMUL ‘IBADAH (Sebagai Pokok Sarana Beribadah) untuk Thoharoh. Beliau membuat bak air yang ukurannya lebih dari dua kulah kemudian disalurkan ke Masjid dan Musholah – Musholah.

KETURUNANNYA

Salah satu cucu beliau adalah K.H. Masruri Abdul Mughni (Pengasuh Pon.Pes.Al HIkmah 2) dan Nyai Ulfatunnisa (Istri K.H. Shodiq Suhaemi). dalam mendidik putra putrinya, beliau mengarahkannya untuk mempelajari kitab kuning terlebih dahulu kemudian baru disuruh menghafal Al Qur’an seperti putra beliau yang bernama Syaefudin sebelum menghafal Al Qur’an terlebih dahulu belajar kitab klasik di Rembang Jawa Tengah. Juga putra beliau yang bernama Waros juga demikian. Sedang putri – putri beliau disuruh mengaji di rumah karena pada waktu itu masih jarang dijumpai Pondok Pesantren yang menampung santri putri.

Beliau wafat sebelum adanya G 30 S/PKI (pada tahun 1954-1955). Beliau sosok suri tauladan yang mendidik santri dan masyarakat sekitarnya dengan HAL beliau. Beliaulah cikal bakal berdirinya Pon. Pes. Al Hikmah. K.H. Shodiq Suhaemi, K.H.Masruri Abdul Mughni, K.H. Labib Shodiq Suhaemi (putra K.H. Shodiq)lah yang mengemban amanah untuk meneruskan perjuangan beliau mendidik para santriwan dan santriwati Pondok Pesantren Al Hikmah dan “ngemong” masyarakat Desa Benda dan sekitarnya dengan dibantu oleh keturunan beliau dan juga para Asatidz.

KH. Suhaemi Bin Abdul Ghoni

( 1896- wafat 18 januari 1965 M atau 16 Romadhon 1384 H)

K.H. Suhaimi adalah putra dari bapak Abdul Ghoni ( putra kakak kholil). Beliu merupkan orang yang ikut berjuang dalam mendirikan pondok pesantren AL HIKMAH bersama K.H. Kholil, sejak kecil beliau didik ilmu agam dan hidup dikalangan pesantren, kemuadian setelah dewaasa merantau ke tanah suci Makkatul mukaromah untuk memperdalam ilmu agama yang telah dimilikinya dan untuk juga menghafal AL qur’an, sepulangnya dari menuntut ilmu di makkah al mukaromah, beliau menyempatkan tabarrukan hafdalan al qur’an kepada K.H. Munawir di Krapyak Jogjakarta, atas dorongan dari gurunya tersebut, beliau pda tahun 1927 M mendirikan pondok pesantren Tahfdzul Qur’an di atas tanah ibunya yang bernama nyai Habibah, pendirian pondok tersebut juga di hadiri oleh K.H. Munawir untuk memberi restu dan do’a.

Pendirian pondok pesantren yang dilakukan K.H. Suhaimi ini merupkan penyempurnaan kegiatan pengajian yang dilakukan oleh KH. Kholil untuk masyarakat benda dan sekitarnya,Setelah mendirikan pesantren tahfidzul qur’an ( sebagai embrio yayasan al hikmah ) kemudian di tindak lanjuti dengan mendirikan madrasah tamrinussibyan ( sekarang madrasah ibtidayah tamrinussyiban ) dengan ijin operasional oleh pemerintah hindia belanda nomor 123/c tahun 1930. Beberapa ajaran dan amalan yang di warisakan oleh beliu adalah:
kegiatan simakan khotmil AL quran di seluruh mushola di desa benda pada nisfu sya’ban. Tradisi ini di jga kelestraiannya oleh peara penghafal al quran, sampai sekarang, hinggajumlah penghafal al quarn mencapai ratusan di desa benda

  • Banyak para penghafal al quarn di desa benda dan sekitarnya merupakan usaha dan upaya beliau dalam membumikan al qran.
  • Pelakasanaan sholat tarawih dengan bacan al qur an 30 juz dan di lakukan oleh imam ynag hafal al qur an.
  • Menggallakan membaca al quran dengan target satu juz atau seluruh al qan dalam tempo satu hari.

ini merupakan sebagai perjuanagan beliau dalam menyebarkan ajaran islam di wiklayah benda dan sekitarnya, sehingga banyak alumni pesantren tahfidzul quran in itersebar dan menjadi kyai di berbagi daerah, semiasal: kh aminudin pengasuh pondok pesantren al amin benda) . kh diris dan kh fathoni ( pengasuh pesantern assalafiyah lawungragi brebes ) k. abdul wahab ( cucu menantu kh. Khalimi ) pengasuh pesantern weleri ) kh.r asnawi – kudus, kh aabu nur jazuli (pengasuh pesantren an nuruyah bumiayu ) kyai sanusi, kh ali asy’ari, kh saifuddin ( pengasuh pesantern tafhidul quran alhikmah benda, kyai abdul manan (pengasuh darul hadlonah penggaron semarang ), kh jamhari mas’udi ( pengasuh pesantern kaliangkrik magelang ) kh. Fauzan zein ( Pengasuh penatern darul ulum rembang ) dan lain sebagainya.

KH. Shodiq Suhaemi

 

Tinggalkan komentar